Peran Para Pendahulu Islam
PERAN PARA PENDAHULU ISLAM
Sebagaimana sudah diketahui, setelah menerima surat al Muddatstsir ayat 1-5, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai mendakwahkan Islam secara sirriyah (sembunyi-sembunyi). Mulanya dengan mendakwahkan kepada orang-orang yang terdekat. Dakwah dengan cara seperti ini berlangsung selama tiga tahun. Ada yang mengatakan selama empat tahun. Hingga akhirnya Islam mulai dikenal, dan mulai ada sahabat yang beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Melalui dakwah sirriyah, Allah Azza wa Jalla berkenan memberikan petunjuk dan membukakan mata hati beberapa orang-orang dekat beliau n untuk menerima al haq. Di antara mereka tercatat Khadijah binti Khuwailid, Ali bin Abi Thalib, Zaid, Abu Bakr Radhiyallahu anhum, adalah golongan orang-orang pertama yang diberi hidayah oleh Allah Azza wa Jalla , terlepas dari perbedaan pendapat, siapakah di antara mereka yang paling pertama mendapatkan hidayah?
Begitu juga, melalui dakwah yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Allah Azza wa Jalla telah memberikan hidayah kepada Abu ‘Ubaidah bin Amir bin ‘Abdillah bin Al Jarrah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin al Harits, Abu Salamah bin ‘Abdillah bin ‘Abdil Asad bin Hilal bin ‘Abdillah bin Amr, al Arqam bin Abil Arqam, ‘Utsman bin Mazh’un, ‘Ubaidah bin al Harits, Sa’id bin Zaid bin Amr bin Nufail bin ‘Abdil ‘Uzza bin ‘Abdillah, Khabbab bin al Aratt, ‘Umair bin Abi Waqqash, ‘Abdullah bin Mas’ud bin al Harits, Mas’ud bin Qari`, dan lain-lain.
Sesudah mendapatkan hidayah dari Allah, para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak kemudian diam menyimpan karunia Allah dalam hatinya saja, namun mereka berusaha menyampaikan al haq ini kepada orang-orang terdekat. Sehingga dapat diketahui, mereka juga memiliki peran dalam penyebaran Islam kala itu.
Peran Abu Bakr Radhiyallahu anhu
Pada masa jahiliyah, Abu Bakr Radhiyallahu anhu termasuk saudagar kaya raya, pemurah dan mudah bergaul. Beliau z termasuk disenangi oleh kaumnya, karena memiliki sifat-sifat yang baik, disamping juga karena beliau termasuk anggota kabilah ternama, yaitu Quraisy.
Setelah mendapatkan hidayah dari Allah melalui dakwah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Radhiyallahu anhu mendakwahkan Islam secara rahasia. Beliau Radhiyallahu anhu memiliki andil besar dalam mengislamkan beberapa petinggi dan pembesar Quraisy. Melalui dakwah yang dilancarkannya, Allah Azza wa Jalla berkenan memberikan hidayah kepada beberapa orang, seperti ‘Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdu Syams bin Abdi Manaf bin Qushaiy, az Zubair bin al Awam bin Khuwailid bin Asad bin Abdil Uza bin Qushaiy bin Kilab. Zubair adalah sepupu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , anak dari bibi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bernama Shafiyah. Juga ‘Abdurrahman bin ‘Auf bin Abdil Harits bin Zuhrah bin Kilab, Sa’ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin bin ‘Ubaidillah bin ‘Utsman bin Amr bin Ka’b bin Sa’d bin Taim bin Murrah. Setelah mereka menerima al haq ini, kemudian Abu Bakr Radhiyallahu anhu membawa mereka menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyatakan keislaman, dan pada hari-hari selanjutnya mereka menjadi pembela din (agama) ini.
Setelah jumlah kaum Muslimin mencapai sekitar tiga puluh delapan orang, Abu Bakr Radhiyallahu anhu menyarankan kepada Rasulullah supaya menampakkan keislaman dan mendakwahkannya secara terbuka. Sementara itu, mereka masih terpencar. Masing-masing berada di tengah keluarga mereka.
Mendengar anjuran Abu Bakr, kala itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya sembari berkata : “Wahai Abu Bakr, kita ini sedikit,” namun ternyata Abu Bakr tak putus asa membujuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sampai akhirnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengijinkan kaum Muslimin yang masih sedikit itu keluar menuju Masjidil Haram.
Abu Bakar Radhiyallahu anhu berdiri lalu menyampaikan dakwahnya, sementara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Dengan demikian, jadilah Abu Bakr, orang pertama yang menyuarakan Islam secara terbuka. Mendengar seruan Abu Bakr, serta merta kaum musyrikin marah, mereka pun bangkit untuk menyerang Abu Bakr dan kaum Muslimin lainnya. Kaum musyikrin memukul dan menginjak-injak Abu Bakr Radhiyallahu anhu , bahkan ada di antaranya yang memukul dengan sandalnya, sampai akhirnya Abu Bakr tidak sadar. Beliau Radhiyallahu anhu kemudian diselamatkan oleh Bani Taim, mereka berseru : “Seandainya Abu Bakr meninggal, maka sesungguhnya kami akan membunuh ‘Utbah bin Rabi’ah”. Yaitu orang yang memukul wajah Abu Bakr sampai tidak sadarkan diri.” Banu Taim dan bapaknya, yaitu Abu Qahafah merawatnya sampai Abu Bakr siuman.
Setelah sadar, apa yang kemudian dilakukan Abu Bakr? Ucapan yang pertama kali yang dia katakan ialah : “Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?”
Mendengar ucapan ini, orang-orang di sekitarnya mencibirnya, lalu mereka membiarkannya berdua dengan ibunya. Abu Bakr mengulangi lagi pertanyaannya : “Apa yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?” Ibunya menjawab,”Wallahi, aku tidak mengetahui apapun tentang sahabatmu itu?”
Abu Bakr kemudian berkata : “Ibu, pergilah ke Ummu Jamil binti al Khaththab. Tanyakanlah tentang Rasulullah kepadanya (Ummu Jamil)!”
Ummu Jamil termasuk di antara orang yang sudah meyakini kebenaran ini, tetapi dia masih merahasiakannya. Ibu Abu Bakr berangkat menuju Ummu Jamil.
Sesampai di tempat Ummu Jamil, ibu Abu Bakr segera menanyakan : “Abu Bakr menanyakan kepadamu tentang sahabatnya, Muhammad bin Abdillah?”
Mendengar pertanyaan ini, Ummu Jamil menjawab : “Aku tidak mengenal Abu Bakr, juga tidak mengenal Muhammad bin ‘Abdillah. Jika engkau mau, bawalah aku kepada anakmu!”
Ummu Abi Bakr menjawab,”Ya,” mereka berdua pun segera berangkat menemui Abu Bakr. Sesampainya di tempat Abu Bakr berada, Ummu Jamil terperanjat, dan dia berkata : “Sungguh orang yang melakukan ini kepadamu, benar-benar dia orang fasiq atau kafir. Semoga Allah Azza wa Jalla membalas mereka”.
Abu Bakr bertanya,”Apa yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ?”
Ummu Jamil menjawab,”Disini ada ibumu yang mendengar.”
Abu Bakr menanggapi : “Tidak apa-apa.”
Ummu Jamil pun menjelaskan : “Dia dalam keadaan baik”.
Abu Bakr bertanya lagi : “Dimana dia?”
Ummu Jamil menjawab,”Dia berada di rumah Arqam.”
Mendengar jawaban ini, Abu Bakr pun berseru : “Demi Allah Azza wa Jalla . Aku tidak akan makan dan minum, sampai aku bisa menjumpai Rasulullah.”
Ketika jalanan sudah mulai sepi, dengan bertumpu kepada ibunya dan Ummu Jamil, berangkatlah Abu Bakr menuju rumah Arqam. Kelak dalam periode perjalanan dakwah Rasulullah rumah Arqam ini dikenal dengan Darul Arqam.
Begitu melihat kedatangan Abu Bakr, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyambutnya dan menciuminya, yang diikuti oleh kaum Muslimin.
Abu Bakr pun berkata,”Demi bapak dan ibuku. Aku tidak apa-apa, kecuali luka di wajahku karena perbuatan orang fasik itu. Ini ibuku yang sayang kepada anaknya, dan engkau adalah orang yang diberkahi. Ajaklah ia menuju Allah dan berdo’alah untuknya. Semoga Allah Azza wa Jalla berkenan menyelamatkannya dari neraka dengan sebabmu.”
Mendengar perkataan Abu Bakr, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan kepada ibunya dan mengajak ibunya agar masuk Islam. Ternyata, ajakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada ibunda Abu Bakr disambutnya, yang akhirnya sang ibu yang sayang pada anaknya itu masuk Islam.
Sementara itu, Hamzah bin Abdil Muthalib masuk Islam pada saat kaum musyrik Quraisy ramai-ramai memukul Abu Bakr.[1]
Darul Arqam
Al Arqam bin Abil Arqam termasuk di antara orang-orang yang pertama menerima Islam. Dia juga termasuk memiliki jasa dalam penyebaran Islam pada masa-masa awal. Rumahnya, yang terletak di dekat bukit Shafa, dijadikan sebagai tempat berkumpulnya kaum Muslimin. Di rumah Arqam ini, kaum Muslimin beribadah kepada Allah Azza wa Jalla secara rahasia. Di rumah itu pula Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kaum Muslimin tentang Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukannya secara rutin, sehingga tak mustahil segera terbentuk pribadi-pribadi tangguh, yang menganggap ringan terhadap semua penderitaan yang menimpa mereka. yang tidak lain demi mempertahankan din (agama) dan aqidah. Pada masa itu, setiap orang yang ingin memeluk Islam, maka ia akan mendatangi rumah ini secara sembunyi-sembunyi, karena takut mendapat gangguan dari Quraisy.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Radhiyallahu anhum tinggal di rumah ini sampai Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada ‘Umar bin al Khaththab. Masuknya ‘Umar bin al Khaththab ke barisan Islam, adalah berkat doa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meminta kepada Allah agar memberikan hidayah kepada ‘Umar bin al Khaththab, atau Abu Jahl. Doa yang dipanjatkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari Rabu, ternyata dikabulkan Allah pada keesokan harinya, yaitu Allah membukakan hidayah dan memilih ‘Umar untuk masuk Islam. Lalu kaum Muslimin pun mulai menampakkan agama dan ibadah mereka, dan membuat kaum musyrik Quraisy menjadi geram.
Inilah Darul Arqam, sebuah rumah yang menjadi pusat pendidikan para sahabat pada awal Islam. Rumah ini sangat berarti bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sehingga, seakan sebagai ganti dan imbalan bagi Arqam, kelak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberinya sebuah rumah kepadanya di Madinah. Berkat bimbingan langsung Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta pertolongan dari Allah Azza wa Jalla , rumah Arqam ini telah menelorkan orang-orang besar yang dikenal dalam sejarah. Rumah ini akan senantiasa menjadi kebanggaan bagi al Arqam, dan dia akan tetap merasakan hasilnya sampai hari kiamat.
Bagaimana dengan rumah kita? (nsd)
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09//Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Lihat al Bidayah wan Nihayah, 3/35.
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1008-peran-para-pendahulu-islam.html